hminews.com – Sejak 5 Februari 1947 hingga saat ini, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) telah membuktikan dedikasinya kepada bangsa, negara dan seluruh rakyat Indonesia. Ratusan bahkan ribuan kader HMI turut mewakafkan diri mereka untuk ikut membangun Indonesia. Mulai dari bidang kepemerintahan, politik, ekonomi dan lain-lain. Sederhananya, kader HMI selalu siap mengabdikan diri untuk NKRI.
Seiring dengan perkembangan teknologi-informasi berbasis digital, HMI sebagai organisasi perkaderan yang membentuk umat dan bangsa sudah seharusnya menyesuaikan gerakannya dengan kadar zaman (digital), sehingga produksi kader-kader terbaik tetap terwujud seperti misi HMI.
Kini, usia HMI sudah 74 tahun, sudah hampir senja, tapi HMI harus tetap menunjukkan dirinya yang produktif sebagai organisasi terbesar dan terbaik untuk Indonesia, meskipun zaman terus berubah wajah. Sayyidina Ali bin Abu Thalib berpesan, “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup bukan di zamanmu”. Inilah hikmah klasik yang masih berlaku hingga sekarang, namun jarang kita renungi, apalagi kita terapkan.
Sudah saatnya HMI menyelaraskan nilai-nilai gerakannya dengan perkembangan zaman yang ada terutama di wilayah perkaderan. Era digital telah mempengaruhi segala aspek kehidupan saat ini. Olehnya, setuju atau tidak, HMI sebisa mungkin untuk mengikuti kemauan zaman untuk mengawal generasi muda Indonesia sebagai upaya mencegah apa disebut kesenjangan generasi atau generation gap.
BACA JUGA : Relasi Teknologi Digital dan Perkaderan HMI : Upaya Menemukan Sebuah Konsep Aplikatif
Bahwa setiap zaman atau generasi memiliki masalahnya sendiri. Sebagai contoh seorang ayah tidak dapat memaksakan pola pendidikan orang tuanya untuk diterapkan kepada anaknya, karena zamannya telah berbeda. Begitu pun dengan pendidikan organisasi, termasuk di tubuh Himpunan mahasiswa Islam (HMI).
Mengutip dari, Peter H Diamandis yang mengemukakan tentang 6D perkembangan eksponensial masyarakat abad 21. Yang pertama adalah digitize, suatu upaya mendigitalisasi segala tatanan kehidupan, termasuk tatanan bisnis. Kemudian deceptive, yaitu fase di mana terjadi penyangkalan di mana-mana terhadap tatanan kehidupan yang baru ini. Misalnya demonstrasi taksi konvensional terhadap taksi online. Sangkalan demi sangkalan akan mengantarkan kita pada tahap yang ketiga, disruptive. Teknologi mempermudah inovasi dari cara yang baru sembari mengganti yang lama. Turbelensi pun memuncak, hingga terjadilah tiga tahap selanjutnya. Yakni : Demonetisasi, di mana uang dianggap hanya ilusi dari ekonomi memiliki. Chris Anderson (2010) menyebutnya sebagai Society of Free, masyarakat yang gandrung terhadap yang gratis. Dan bisnis gratis itu justru menjadi bisnis yang paling menguntungkan, misalnya Google, Facebook, Instagram, atau Whatshapp. Kemudian terjadilah dematerialisasi, semua barang dan jasa yang serba fisik berganti menjadi pola yang terkoneksi secara digital.
Hingga sampailah pada tahap demokratisasi, keadaan di mana semua rakyat bebas mendapatkan sesuatu secara mudah dan murah. Inilah saat, yang oleh Soekarno, sebut sebagai fase terciptanya demokrasi sosial yang berdiri di atas demokrasi ekonomi dan politik (Soekarno: 1964).
Apa yang dikemukakan Peter tersebut di atas adalah fakta hari ini, dan akan terus berlangsung. Hingga saat ini belum ada hasil kajian ilmiah yang mampu meramal berakhirnya era digitalisasi yang tengah kita jalani. Kekuatan zaman seperti waktu, tidak dapat ditawar, akan terus berjalan. Apabila HMI tidak mampu menyesuaikan diri dengan zaman, dapat dipastikan HMI akan tergilas dan terbelakang.
BACA JUGA: Warga Palestina Ditembak Tentara Israel Saat Pulang Kerja
Gerakan dengan memanfaatkan digital ini selain efektif, juga sangat efisien. Namun tradisi pertemuan, rapat yang tertuang dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) harus diutamakan. Juga, kita harus memperhatikan dan memprioritaskan bahwa dari seluruh aspek kehidupan itu tidak terlepas dari teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, kita harus berupaya semaksimal mungkin untuk mempraktekan dimensi-dimensi digitalisasi di era sekarang.
Serta, dan ini yang paling utama di dalam tubuh HMI. Sebab, HMI sangat memerlukan multi disiplin ilmu dalam hal ini hardskill dan yang paling utama softskill (ahlak) dan untuk mengaktualisasikan apa yang sudah kita tempuh dan bisa kita mengaplikasikan dalam segala dimensi kehidupan.
Burhanuddin Kader HMI (MPO) Cabang Bima
Catatan: Artikel ini pernah dimuat hmipedia yang diterbitkan pada tanggal, 26 Februari 2021.