Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Genggap gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia
Hari-hari esok adalah milik kita
Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba
…………………………………….
HIDUP MAHASISWA !!!
HIDUP MAHASISWA !!!
ALLAHU AKBAR !!!
Bagi teman-teman mahasiswa penggerak, mahasiswa yang memiliki hobi aksi atau berdemonstrasi, tentu saja akan terasa tidak asing dengan lirik lagu yang Penulistuliskan diatas. Yaa…”Buruh Tani”. Lagu yang biasa terdengar saat teman-teman mahasiswa menyatukan suara, bersuara untuk rakyat, bersuara untuk kepentingan rakyat dan bersuara untuk merebut hak-hak rakyat yang seharusnya berada di tangan rakyat. Entah siapa yang pertama kali bersuara menggunakan lagu buruh tani tersebut, tetapi sekiranya itulah salah satu syair yang dapat menyatukan kita para mahasiswa yang rindu akan kesejahteraan di negeri kita ini.
Mungkin benar dikatakan bahwa dengan kata-kata yang yang terdapat di dalam lirik lagu “Buruh Tani” tersebut dapat menyatukan para mahasiswa yang rindu akan kesejahteraan di negeri ini, tetapi perlu di ingat! kesejahteraan dinegeri ini tidak akan terlaksana manakala kita para mahasiswa hanya mengkritik pemerintah tanpa ada memberikan solusi yang berarti demi terciptanya good govermence di negeri kita ini. Itulah sekitranya yang kita alami saat ini, kebanyakan mahasiswa dalam tanda kutip “mengkritik” tampa adanya perilaku atau sifat yang solutif.
Kritik tanpa adanya perilaku yang solutif “ibarat sholat tanpa memahami makna yang terdapat di dalam setiap bacaan sholat”. Saat kita mengkritik pemerintahan yang tujuannya mulia tentu saja hal tersebut merupakan perbuatan ibadah menurut agama, dan bukankah sholat juga merupakan suatu perbuatan ibadah? Saat kita sholat tetapi tidak memahami setiap bacaan sholat kita, apalah gunanya sholat itu? Sama halnya saat kita mengkritik tanpa adanya perilaku yang solutif.
Penulis bukan berbicara tentang mereka, Anda ataupun dia, tetapi KITA! Kita selaku mahasiswa yang rindu akan kesejahteraan rakyat miskin kota dan kita selaku mahasiswa yang bisa dipersepsikan sebagai agent of change di negeri kita tercinta ini. Jika bukan kita yang memulai, lantas siapa lagi ?
“Think before complaining or you argument would be nothing but joke and forgettable. Think before complaning or you act opposing something would make you look no-one but a fool who demand something with no reasonable words. Think before complaning or the critical side of you would be nothing but meaningless since it’s not accompanited by any acceptable solution. There’s no any other way, but be solutive”
Harry Setya Nugraha
Kader HMI FH UII
2 Comments
Comments are closed.
Terus solusinya agar tidak ada mahasiswa yang suka mengkritik tanpa solusi bgemana?
Saya tidak mengatakan kritik itu tidak baik, tapi akan lebih baik jika sebuah kritik yang kta sampaikan itu dibarengi oleh sikap2 yang tentunya itu bersifat solutif. jika kanda bicara bagaimana caranya? itu kembali kepda perspektif masing2 kitanya. subyektif sya ya perdalam ilmu terlebih dahulu, kaji secara pribadi shingga dalam mengemukakan kritik kita tak hanya ikut2an. sehingga dari apa yang kita kaji itu kita akan tau apa yng harus dan bisa kita berikan untuk perasalahan2 yg sdang kita hadapi. 🙂