HMINEWS.COM- Adalah menjadi keharusan bagi kita untuk tetap menjadi wangi, harum dan berpenampilan menarik. Adalah kemutlakan bagi kita untuk menjadi orang yang mengerti arti hidup bersih.
Menjadi orang yang good looking dalam setiap kesempatan adalah obsesi yang harus di pejuangkan. Demikianlah doktrin yang saya peroleh dari lingkungan yang saat ini menemani hari – hariku.
Entahlah, apakah ini pengaruh dari komunitas yang menghargai nilai -nilai kebersihan ? Ataukah tuntutan profesi yang membuat setiap orang semakin sensitif dengan penampilanya masing –masing.
Belum lagi gempuran media, seolah tanpa henti menghimbau masyarakat untuk memenuhi standar cantik/gagah sesuai versi media sendiri. Iklan kecantikan berseliweran dihadapan mata kita. produk–produk kecantikan semakin laku dipasaran, sebutlah itu Lipstik, bedak pemutih, parfum, sabun dan apapunlah itu yang intinya bagaimana setiap kita agar semakin terlihat gagah, cantik, putih, body mohay. Imej gadis yang senang pedicure-medicure, cowok metroseksual, D. el.el semakin akrab ditelinga. Salon –salon kecantikan , pusat kebugaran , dan Gym adalah sedikit tempat yang saban hari menjadi tongkorangan kalangan muda kita. Ya, itulah fenomena penduduk urban yang bisa kita saksikan saat ini.
Lantas seperti apakah kita menyikapi fenomena gaya hidup demikian? Menolak sepenuhnya? Mendemonya? Ataukah mendukung sepenuhnya? Terserahlah, silakanya ditafsirkan sesuai dengan versinya masing-masing. Bagi saya pribadi, Nampaknya kurang bijak juga bila harus menggugat fenomena ini, dan juga tidak pada tempatnya bila kita memperdebatkan bahwa terlihat bersih dan indah dengan cara demikian itu adalah salah. Apalagi sampai menuntut media atas bombardir iklan komersil kecantikan yang diberitakanya kekhalayak. Karena tidak bisa dipungkiri bahwa fenomena ini bila dilhat bukan pada penafsiran ideologis, memberi keuntungan tersendiri bagi ‘kesehatan mata”he..he.
Terlihat bersih dan indah adalah keharusan. Tidak perlu pakai sogokan untuk meyakinkan publik untuk bersepakat tentang pentingnya semua itu. Tapi yang mungkin perlu diktritisi adalah bila terlihat indah, cantik, bening mohay mesti dengan biaya mahal. Apalagi motif dari semua itu hanya untuk topeng untuk menutupi kekotoran, kebusukan hati dan batin siempunya tubuh. Betapa kita sering kecele pada penampilan semata, bukankah para koruptor itu berpakaian dan berpenampilan necis, tapi dibalik penampilan itu adalah jongos yang memangsa hak –hak orang lain. Atau sebagian “publik figur” yang merepsentatifkan keindahan jasadiah namun menihilkan moralitas. Tentu semua ini sangat disayangkan. Betapa menyenangkan bila keindahan jasadiah ditopang dengan keindahan batin plus moralitas yang baik. Mungkin inikah makna dari ke Indahan Sejati itu??
[Z_rin Tangkalalo
Email: zrincb100@gmail.com